Curhat Sang Pujangga
Jumat, 10 Februari 2012
Curhat Sang Pujangga: Sejarah SMK Manunggal Cibinong
Curhat Sang Pujangga: Sejarah SMK Manunggal Cibinong: A. Deskripsi Kondisi Sekolah Adapun SMK MANUNGGAL CIBINONG berada di kelurahan pabuaran Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, berdek...
Curhat Sang Pujangga: Visi Misi SMK Manunggal
Curhat Sang Pujangga: Visi Misi SMK Manunggal: B. VISI dan MISI Visi SMK Manunggal Cibinong - Menciptakan tamatan yang terampil dan profesional sesuai dengan kebutuhan ...
Curhat Sang Pujangga: Blognya SMK Manunggal
Curhat Sang Pujangga: Blognya SMK Manunggal: http://smkmanunggal.at.ua/
Curhat Sang Pujangga: SINDROM UJIAN NASIONAL
Curhat Sang Pujangga: SINDROM UJIAN NASIONAL: Ujian Nasional (UN) tinggal menghitung hari, terutama bagi para siswa SMK, khususnya Anak-Anak Saya di SMK Manunggal Cibinong. Berbagai ...
SINDROM UJIAN NASIONAL
Ujian Nasional (UN) tinggal menghitung hari, terutama bagi para siswa
SMK, khususnya Anak-Anak Saya di SMK Manunggal Cibinong. Berbagai
gejala sindrom UN semakin tampak dalam keseharian siswa-siswi di
sekolah maupun di rumah. Tidak sedikit yang bertingkah laku di luar
kebiasaannya. Stres, tegang, gelisah, panik, khawatir dan takut
menghadapi ujian merupakan gejala psikologis yang kerap mendominasi
hati dan pikiran. Tidak sedikit pula yang bersikap sebaliknya, terlihat
acuh tak acuh dan dibawa santai. Gejala -gejala sindromatik menjelang
ujian, tentu perlu dicermati dan diatasi secara tepat, baik oleh diri
siswa sendiri, orang tua maupun guru. Dalam kondisi tertentu, sindrom
UN tersebut kerap mengganggu kesehatan. Ada yang jadi gampang sakit,
terlihat lesu dan sulit berkonsentrasi ketika belajar. “Takut tidak
lulus”, mungkin hal yang paling membebani para siswa, sehingga
mengatasi sindrom UN yang menggejala tersebut diperlukan upaya
persiapan dan dukungan integral dari aspek material, moral, mental,
psikologis, spiritual, intelektual dan emosional yang dilakukan semua
pihak terkait.
Mengapa demikian?
Munculnya
gejala sindromatik yang ditunjukkan siswa bisa dikatakan sebagai
gejala psikologis berulang dari tahun ke tahun. Hal ini tentu perlu
untuk dijadikan bahan evaluasi dan inovasi bagi semua pihak, termasuk
orang tua, guru, siswa dan pengelola sistem pendidikan. Sebuah
realita bahwa UN “membebani” banyak siswa, bahkan para guru juga orang
tua siswa. Beban kecemasan dan kekhawatiran akan menggejala mulai
dari diinformasikannya standar kelulusan, persiapan yang harus
dilakukan pra-UN, saat pelaksanaannya, hingga mempersiapkan kondisi
pasca UN. Memang, sebagai bagian dari sebuah sistem, UN memiliki tujuan
yang ideal bagi proses pendidikan, terutama sebagai salah satu alat
ukur keberhasilan pembelajaran formal. Namun, dalam praktiknya, tingkat
kesiapan dan kematangan tiap sekolah, guru dan siswanya berbeda-beda,
bergantung kepada besar kecilnya kendala yang dihadapi masing-masing.
Sebagai
sebuah proses dalam sistem pendidikan, UN dapat dikatakan sebagai
ajang kompetisi prestasi bergengsi yang bisa mempengaruhi mutu sekolah
dan kualitas lulusan. Namun, secara manusiawi, ujian dalam bentuk
apapun membutuhkan kesiapan mental dan fisik, serta kematangan dalam
mempersiapkan berbagai kemungkinan. Ujian Nasional juga dapat dikatakan
sebagai sebuah beban mental bagi yang tidak siap mengatasi dan
menghadapi berbagai kemungkinan (berhasil/gagal). Beban mental
psikologis seringkali lebih sulit diatasi, serta melemahkan kekuatan
fisik dan konsentrasi berpikir seseorang sekalipun persiapan materi
sudah mantap, sehingga ciri-ciri sindromatik di atas kerap terlihat
mempengaruhi sikap dan tingkah laku para siswa yang akan menghadapi
ujian.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Ada
gejala, ada kendala dan ada usaha untuk melewatinya sebagai
sebagai sebuah proses di dunia pendidikan. Kesiapan mental, emosional
dan spiritual merupakan aspek penting yang mendukung aspek
material dan intelektual dalam menghadapi ujian dan mengatasi
gejala-gejala sindrom tersebut. Selain dukungan moral dan material
dari guru dan orang tua, bagi pembaca yang akan menghadapi ujian ada
beberapa cara sederhana yang dapat disimak berikut ini untuk membantu
mengtasi sindrom ujian.
Pertama, usahakan untuk makan
teratur dengan gizi seimbang. Kesiapan fisik merupakan modal penting
menghadapi segala bentuk ujian. Hindari minuman berkafein tinggi,
beralkohol dan merokok karena selain mengganggu kesehatan badan juga
bisa merusak mood kita. Mood merupakan faktor penting bagi
kelancaran dan keberhasilan dalam mengerjakan sesuatu, termasuk menjaga
stabilitas semangat dan konsentrasi.
Kedua,
biasaan tidur cukup dan teratur. Selain tidur malam yang cukup dan
berkualitas, sempatkan tidur siang selama 20-30 menit untuk menjaga
agar tubuh tetap bugar dan otak kembali fresh. Penelitian membuktikan
bahwa tidur selain mempengaruhi optimasi kerja otak juga mempengaruhi
kestabilan emosi. Rasa cemas, tegang dan stres merupakan dorongan
emosional kita. Kestabilan emosi sangat mempengaruhi kebebasan dan
ketenangan berpikir juga dalam melakukan dan menyelesaikan sesuatu. Ketiga,
manjakan otak dengan relaksasi atau terapi musik sederhana. Hal ini
bisa dilakukan sambil belajar atau setelah penat belajar. Menciptakan
suasana belajar yang nyaman, di tempat yang tenang atau sambil
mendengarkan musik berirama lembut bisa membantu optimasi fungsi kerja
otak dalam menyerap dan menyimpan informasi. Keempat, jangan
bebani otak kita dengan SKS (Sistem Kebut Semalam) atau belajar banyak
materi sekaligus dalam satu waktu. Memori otak kita lebih efektif
menyerap informasi secara berkala. Karena itu, lebih baik belajar
sedikit-sedikit secara rutin (dicicil) setiap hari bahkan jauh-jauh hari
sebelum pelaksanaan ujian. Mempelajari variasi soal ujian yang
berkaitan dengan materi pelajaran atau membuat ringkasan materi bisa
menjadi metode yang membantu pemahaman kita. Beban otak berlebih
mempengaruhi emosi dan pikiran kita, cepat lelah dan gampang marah.
Kelima,
jangan menyepelekan hal-hal yang dianggap kecil yang berkaitan dengan
ujian. Persiapkan peralatan dan kelengkapan ujian, serta perhatikan
hal-hal teknis lainnya seperti peraturan ujian dan ketelitian membaca,
memahami dan menganalisa soal ujian. Keteledoran dalam hal-hal kecil
seringkali menimbulkan kepanikan yang bisa membuat konsentrasi buyar.
Keenam,
tumbuhkan optimisme bahwa kita pasti bisa melewati ujian dengan
segenap upaya dan kerja keras kita dalam belajar. Keyakinan dan
berpikir positif merupakan energi yang bisa mempengaruhi cara kita
bersikap dan bertindak, sehingga berdampak terhadap kestabilan fisik dan
ketenangan psikis kita menghadapi ujian
Ketujuh,
persiapkan mental spiritual kita dengan lebih mendekatkan diri
kepada-Nya melalui shalat, doa, membiasakan membaca Al-Qur’an secara
rutin dan berpuasa. Di balik segala upaya fisik dan material kita, ada
kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Menentukan, yang lebih menentukan
keberhasilan atau kegagalan kita. Kerendahan hati kita untuk meminta
akan menumbuhkan keikhlasan kita untuk bersabar dalam ikhtiar
(belajar), serta dalam berserah dan berpasrah diri atas keputusan-Nya.
DOA
merupakan energi yang tidak akan pernah habis meskipun sering kita
gunakan dan sering pula kita abaikan. Sebuah doa bisa mengubah keadaan
dan segenap upaya bisa menjadi jalan terwujudnya harapan.
Semoga berhasil dan bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)